Sajak karya Ratna Laila Shahidin ini memang menarik kerana ia mendapat hadiah utama sayembara dan panel sayembara menganggap sajak ini sama hebat dengan sajak Ke Makam Bonda karya SN Datuk Usman Awang. Nilai kasih sayangnya begitu kuat dan diperteguh dengan nilai ketuhanan. Isi sajak dan gaya bahasa sajak cukup menggetarkan perasaan.
Saat itu ayah pun berangkat
dengan mata pejam dan wajah tenang
meski selaut sedih bergelombang di dada
kami akur juga akhinya
kecintaan-Nya melebihi segala cinta
Setiap subuh rindu kami bergetar
pada bunyi telapak kasut ayah
mengejar subuh di surau sepi di kampung kami
pun kami akhirnya mengerti
kerinduan ayah pada-Nya melebihi
segala rindu
Pada saat keberangkatan itu
kami yakin perjalanan ayah lebih mudah
kerana ayah punya isteri tabah
dan anak menantu yang pasrah
mengiringi ayah kebaikan yang mewangi
di setiap cebisan pandan bertaburan
di atas pusara.
Meski ayah telah berangkat pulang
dia tetap di hati kami
dingin dahi ayah waktu kukucup
mudah-mudahan sesejuk itulah pusara ayah
penuh lapang dan bercahaya indah
Ayah, selamat bertemu Allah
semoga bertemu di syurga-Nya
1. Huraikan nada sajak (4 markah)
2. Huraikan tema sajak. (4 markah)
3. Huraikan gaya bahasa sajak. (8 markah)
4. Jelaskan tiga nilai murni dalam sajak (6 markah)
1. Nada romantis. Penyajak mengenang saat kematian ayahnya yang amat disayangi.
2. Tema sajak ialah kasih sayang seorang anak terhadap bapa. Ia menggambarkan sikap dan perasaan penyajak pada hari ayahnya meninggal dunia. Contohnya, Meski ayah telah berangkat pulang, dia tetap di hati kami.
3. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat gaya bahasa berikut :
a) hiperbola - selaut sedih bergelombang di dada
b) inversi - dingin dahi ayah
c) personifikasi - mengiringi ayah kebaikan yang mewangi
d) anafora - di setiap cebisan pandan bertaburan
di atas pusara
d) anafora - di setiap cebisan pandan bertaburan
di atas pusara
4. Nilai murni : kasih sayang, ketabahan.
Nilai kasih sayang - dia tetap di hati kami
Nilai ketabahan - kerana ayah punya isteri yang tabah